“Allah adalah sebagaimana prasangka mahluknya”, itulah yang coba aku ingat saat peristiwa yang sangat diluar dugaan terjadi beberapa minggu lalu dan sampai saat ini belum mendapatkan penyelesaiannya. Ya, jika aku menganggap ini adalah ketidakberpihakkan Allah pada keinginanku selama beberapa tahun terakhir, maka aku sendiri yang telah membuat kerugian atasnya. Bagiku, saat ini adalah kesempatan yang luar biasa untuk memperbaiki diri. Dimana keras membatunya hati mulai mencair kembali dan bodohnya harus dengan teguran manusia. Teguran Allah lewat sakit fisik, lewat terbatasnya kemampuan mewujudkan keinginan duniawi, lewat rasa bersalah yang dalam setiap kali berkomunikasi dengan keluarga tercinta karena merasa diri ini tak dapat memenuhi apa yang mereka impikan dan lewat sejuta teguran lainnya yang selalu aku anggap kecil.
Memang aku selalu berusaha untuk terus memperbaiki diri, menghancurkan kebiasaan-kebiasaan buruk, mendekatkan diri dengan sang pencipta, namun selalu kandas. Jika aku bertekad menjalankan sholat duha sebelum berangkat bekerja, maka rasa takut kesiangan muncul. “Kenapa tidak mempersiapkan lebih pagi?” batinku. Namun setan-setan itu selalu menggelayut mesra di kedua kelopak mataku, membujukku untuk sekedar “menambah jam istirahat” sebelum disibukkan dengan pekerjaan. Mereka pula yang selepas sholat Subuh meniupkan udara dingin dan melambaikan tangan-tangan jahilnya dari balik selimut hangatku. Hampir tak pernah aku menang melawan godaan-godaan itu, walau nyatanya di udara dingin Curug Cigamea aku sanggup mandi jam 4.30 pagi demi tidak antri bersama teman-teman yang sedang tim building. Lagi-lagi, alasan duniawi yang membuatku melakukannya.
Saat aku berjanji untuk membaca al Qur’an setiap selepas sholat Magrib dan sholat Subuh, maka di hari pertama aku berikrar, aku sanggup menyelesaikan beberapa halaman. Namun jangankan menungu hari berikutnya, saat datang waktu sholat Subuh saja rasa malas itu tak bisa dihindarkan.
Alhamdulillah, dengan adanya peristiwa keduniawian yang menyesakkan dada dan mengoyak ketenangan hati ada perubahan walaupun sedikit. Dan ada ketentraman tatkala menyadari air mata tumpah saat sujud, saat sholat-sholat-ku tak lagi diakhiri dengan merebahkan badan persis setelah melafadzkan salam, tatkala dibangunkan jam 3 dini hari ada dorongan yang luar biasa untuk beringsut dari tempat tidur menuju kamar mandi mengabil air wudhu, tatkala kaki ini diberi kemudahan melangkah ke mesjid sebelah bahkan sebelum muadzin melafadzkan “assolaatu khoirum minannaum”.
Sungguh aku berharap bisa kembali pada-Mu dengan utuh. Sungguh aku terinpirasi dengan RINDU, yang rela meninggalkan gelak tawa keduniawian untuk mempersiapkan diri kembali pada-Nya. Dan aku begitu mendambakan saat kembaliku saat sujud pada-Mu seperti Kau panggil mahluk-Mu di video ini. Aku berharap jadi muslim yang baik yang bisa mempengaruhi orang lain untuk berbuat kebajikan. Tapi, apatah bisa aku merubah diri aku sendiri. Hanya hidayah-Mu yang akan membimbing. Karena itu, limpahkan lah hidayah-Mu untuk menerangi jalan-jalanku, seperti telah kau terangi jalannya orang oran seperti ini.
Aku hanya bisa meyakini bahwa Engkau maha pemberi petunjuk bagi mahluknya. Dan Engkau pasti mengizinkan perubahan itu terjadi bagi orang yang benar-benar mengupayakannya.
5 Komentar Terakhir